LAPORAN FIELTRIP
HIGIENE DAN SANITASI SERTA KEAMANAN INDUSTRI PANGAN
NAMA : MISNANI
NIM : 05071007020
KELOMPOK I
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2009
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saniter adalah suatu istilah yang secara tradisional dikaitkan dengan kesehatan terutama kesehatan manusia. Oleh karena kesehatan manusia dapat dipengaruhi oleh semua faktor-faktor dalam lingkungan, maka dalam prakteknya, implikasi saniter meluas hingga kesehatan semua organisme hidup. Sanitasi didefinisikan sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit tersebut.
Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang akan membantu dalam memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. Untuk mempraktekkan ilmu ini, maka seseorang harus mengubah segala sesuatu dalam lingkungan yang dapat secara langsung atau tidak langsung membahayakan terhadap kehidupan manusia. Dalam arti luas, juga mencakup kesehatan masyarakat (taman, gedung-gedung umum, sekolah , restoran dan lingkungan lainnya). Sanitasi akan membantu melestarikan hubungan ekologik yang seimbang.
Pekerja yang menangani pangan dalam suatu industri pangan merupakan sumber kontaminasi yang penting, karena kandungan mikroba patogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Manusia yang sehat merupakan sumber potensial mikroba-mikroba seperti Staphylococcus aureus, baik koagulase positif maupun koagulase negatif; Salmonella, Clostridium perfringens dan streptokoki (enterokoki) dari kotoran (tinja). Stafilokoki umum terdapat dalam kulit, hidung, mulut dan tenggorokan, serta dapat dengan mudah dipindahkan ke dalam makanan.
Sumber kontaminasi potensial ini terdapat selama jam kerja dari para pekerja yang menangani makanan. Setiap kali tangan pekerja mengadakan kontak dengan bagian-bagian tubuh yang mengandung stafilokoki, maka tangan tersebut akan terkontaminasi, dan segera akan mengkontaminasi makanan yang tersentuh. Perpindahan langsung mikroba koki ini dari alat pernafasan ke makanan, terjadi ketika pekerja batuk dan berbangkis tanpa menutupi hidung dan mulutnya. Tangan dengan luka atau memar yang terinfeksi merupakan sumber stafilokoki virulen, demikian pula luka yang terinfeksi pada bagian tubuh lain, karena mungkin pekerja tersebut menggaruk atau menyentuh luka tersebut.
Organisme yang berasal dari alat pencernaan dapat melekat pada tangan pekerja yang mengunjungi kamar kecil dan tidak mencuci tangannya dengan baik sebelum kembali bekerja. Mikroba patogen yang berasal dari alat pencernaan yang mampu menimbulkan penyakit melalui makanan adalah : Salmonella, Streptokoki fekal, Clostridium perfringens, EEC (Enteropathogenic Escherichia coli) dan Shigella.
Kebiasaan tangan (hand habits) dari pekerja pengelola pangan mempunyai andil yang besar dalam peluang melakukan perpindahan kontaminan dari manusia ke makanan. Kebiasaan tangan ini dikaitkan dengan pergerakan-pergerakan tangan yang tidak disadari seperti menggaruk kulit, menggosok hidung, merapikan rambut, menyentuh atau meraba pakaian dan hal-hal lain yang serupa.
Kulit manusia tidak pernah bebas dari bakteri; bahkan kulit yang bersihpun masih membawa bakteri. Akan tetapi, bila kulit tidak bersih, maka jumlah dan macam mikroorganisme yang terdapat lebih nyata lagi, termasuk bakteri, kapang, kamir, dan protozoa. Oleh karena orang menggunakan tangan dengan tujuan yang berbeda-beda, maka mereka menyentuh banyak sekali benda-benda dan memperoleh populasi mikroba dari hampir semua benda yang disentuhnya. Dalam populasi mikroba ini terdapat pula mikroba patogen yang mampu menimbulkan berbagai penyakit perut (gastroenteritis) melalui makanan.
Bakteri yang menempel pada kulit dapat berkembang biak, terutama didekat kelenjar lemak. Walaupun pencucian akan menghilangkan banyak bakteri dari kulit, tetapi beberapa mikroba masih tetap tertinggal.
Flora bakteri yang umum terdapat pada kulit manusia adalah : Staphylococcus epidermidis (non patogenik) dan S.aureus. bakteri yang terakhir ini dapat berkembang biak dalam makanan dan membentuk toksin yang dapat menimbulkan keracunan makanan (intoksikasi). Disamping kedua bakteri di atas terdapat pula mikrokoki dan bakteri anaerobik.
Diduga separuh dari populasi manusia yang normal dan sehat membawa stafilokoki virulen atau virulen kuat. Stafilokoki umumnya terdapat pada bisul, jerawat, luka dan kulit yang memar. Beberapa galur (strain) piogenik dari S.aureus dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi kulit. Ketahanan tubuh terhadap stafilokoki bervariasi dengan sifat virulen dari organisme dan dari jaringan yang diserang (Anonim, 2009).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui jumlah populasi mikrobia yang terkandung pada tangan (tangan kiri dan tangan kanan) sebagai bagian dari tubuh manusia yang umumnya berhubungan langsung dengan proses pengolahan industri pangan.
2. Mengetahui bahan pencuci tangan yang efektif yang dapat mengurangi kandungan mikrobia pada tangan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.Perilaku mencuci tangan berbeda dengan perilaku cuci tangan yang merujuk pada kata kiasan.
Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular yang terdapat pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi.
B. Macam-macam cara mencuci tangan
1. Mencuci tangan dengan air
Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah air yang mengalir, karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan tersebut.
2. Mencuci tangan dengan air panas
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa mencuci tangan dengan air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan, namun pendapat ini tidak disertai dengan pembuktian ilmiah. Temperatur dimana manusia dapat menahan panas air tidak efektif untuk membunuh kuman. Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa air panas dapat membersihkan kotoran, minyak, ataupun zat-zat kimia, namun pendapat populer ini sebenarnya tidak terbukti, air panas tidak membunuh mikro organisme. Temperatur yang nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45 derajat celsius, dan temperatur ini tidak cukup panas untuk membunuh mikro organisme apapun. Namun temperatur yang jauh lebih panas (umumnya sekitar 100 derajat celsius) memang dapat membunuh kuman. Tidak efektifnya temperatur air untuk membunuh kuman juga dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan untuk operasi medis dimana air keran dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon per menit dan kederasan air inilah yang membersihkan kuman, sementara tinggi rendahnya temperaturnya tidak signifikan.
3. Mencuci tangan dengan sabun
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktek mencuci tangan yang paling umum dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman, namun pada prakteknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal diantaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada anak.
Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik. Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi diharuskan mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya (sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus bisa memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap antibiotik.
4. Mencuci tangan dengan alkohol
Pembersih tangan berbasis alkohol yang tidak memerlukan air merupakan alternatif yang bagus dalam mencuci tangan, terutama ketika air dan sabun tidak tersedia. Pembersih tersebut lebih efektif dibandingkan sabun dan air dalam membunuh bakteri dan virus penyebab penyakit. Pembersih tangan berbasis alkohol yang komersil mengandung bahan yang mencegah kekeringan kulit. Menggunakan produk ini dapat mengurangi kekeringan kulit dan iritasi dibandingkan dengan mencuci tangan. Tidak semua pembersih tangan diproduksi sama. Beberapa pembersih tangan “waterless” tidak mengandung alkohol. Hanya gunakan produk yang berbasis alkohol untuk membersihkan tangan (Medicastore , 2008).
Pada akhir tahun 1990an dan awal abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol untuk mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau sanitasi tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Cairan ini mulai populer digunakan karena penggunaannya yang mudah, praktis karena tidak membutuhkan air dan sabun.
5. Mencuci tangan dengan tisyu basah
Rediwipes tisyu basah yang dinyatakan dapat membunuh bakteri E-coli dan Salmonella. Tisyu basah diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak hanya tangan, tetapi juga kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan untuk peralatan rumah tangga laiinya.
Tisyu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci tangan dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air. Beberapa tisyu basah telah mengembangkan kandungan wewangian beralkohol, atau anti bakteri, ataupun minyak almond untuk menjaga kulit tangan agar tidak terasa kering. Namun menurut dr. Handrawan tisyu basah tidak baik untuk mencuci tangan karena hanya mengembalikan kuman bolak-balik di tangan (Anonim, 2009).
6. Mencuci tangan dengan air sirih
Menurut penelitian dari Sjoekoer dkk (Peneliti mikrobiologi dari FK Unibraw) bahwa infusum sirih dapat menghambat pertumbuhan E.coli, Staphylococcus koagulase positif, Salmonella typhosa, bahkan Pseudomonas aeruginosa yang kerap kali resisten terhadap antibiotik. Kematian kuman ini diduga disebabkan karena adanya perusakan membran plasma, inaktivasi enzim, dan denaturasi protein (Nurswida, 2008).
C. Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Sebagaimana terlihat pada gambar 2.4. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Klasifikasi S. aureus menurut Bergey dalam Capuccino adalah :
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphilococcus
Species : Staphilococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35 o– 37o C dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein.
Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya :
1. Eksotoksin-a yang sangat beracun
2. Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan lisis pada sel darah merah.
3. Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.
4. Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh.
5. Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.
Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan (Anonim, 2009).
D. Salmonella
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negative berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum higeiene dan sanitasi serta keamanan industri pangan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Rabu 4 Maret 2009 pada pukul 13.00 sampai dengan selesai.
B. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan yaitu 1) air sirih, 2) air biasa, 3) air hangat, 4) sabun mandi, 5) sabun cair, 6) pembersih tangan antiseptic (cair), 6) pembersih tangan anti septic (yang digunakan tamnpa air), 8) alkohol 70%, dan 9) media PDA (Potato Detrosa Agar).
Alat yang digunakan yaitu 1) cawan Petri (dua buah untuk tiap kelompok, satu untuk tangan kanan dan satu untuk tangan kiri), 2) incubator/inkas, 3) autoklaf, 4) wrapping film, dan 5) kain lap bersih.
C. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum ini adalah :
1. Disiapkan seorang mahasiswa dari masing-masing kelompok sebagai sampel, dimana mahasiswa dimana mahasiswa tersebut telah melakukan berbagai aktivitas.
2. Kedua tangan sampel dicuci dengan menggunakan bahan-bahan pencuci tangan yang menjadi perlakuan untuk masing-masing kelompok.
3. tangan yang telah ducuci selanjutnya dilap menggunakan kain lap bersih yang telah disiapkan, sampai kering.
4. jempol dari kedua tangan tangan sampel (tangan kanan dan tangan kiri), masing-masing ditempelkan didalam cawan Petri yang telah berisi media PDA (Potato Detrosa Agar).
5. Cawan Petri tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu + 35oC didalam inkas.
6. Diamati jumlah koloni mikrobia yang tumbuh pada cawan Petri (secara visual).
7. Hasil yang diperoleh, dimasukkan kedalam tabel yang tersedia dengan memberi tanda : + : sedikit (jumlah koloni < 30 )
+ + : banyak (jumlah koloni 30-300)
+ + + : banyak sekali (jumlah koloni > 300)
8. contoh tabel dapat dilihat seperti dibawah ini :
IV. PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengamatan yang dilakukan disajikan pada tabel yang telah disediakan seperti dibawah ini :
1. Tabel untuk jumlah mikrobia pada tangan kanan
Bahan pencuci tangan Jumlah koloni Warna koloni Bentuk koloni
1. air sirih + merah bacillus
2. air biasa + merah bacillus
3. air hangat - - -
4. sabun mandi - - -
5. alkohol 70% + merah bacillis
6. antiseptik tanpa air - - -
2. Tabel untuk jumlah mikrobia pada tangan kiri
Bahan pencuci tangan Jumlah koloni Warna koloni Bentuk koloni
1. air sirih - - -
2. air biasa - - -
3. air hangat - - -
4. sabun mandi - - -
5. alkohol 70% - - -
6. anti septik (tanpa air) - - -
B. Pembahasan
Praktikum pertama ini adalah tentang higiene pekerja. Seorang pekerja di Sebuah Laboratorium atau ditempat pembuatan produk khususnya yang berhubungan dengan makanan harus selalu memperhatikan kebersihan dirinya. Hal ini karena manusia adalah sumber utama kontaminasi. Tangan pekerja, hidung, rambut dan keringat seperti juga batuk dan bersin yang tak terlindung, dapat mentransmisikan mikroorganisme penyebab penyakit (Pambayun et al, 2001).
Berdasarkan hasil percobaan diatas, mikrobia yang tumbuh berasal dari tangan yang dicuci menggunakan air sirih, air biasa dan alkohol. Mikrobia yang tumbuh adalah mikrobia gram negatif yang ditandai dengan warna merah pada saat pewarnaan gram dan berbentuk batang. Mikrobia ini dinamakan Salmonella. Salmonella tumbuh dominan ditangan kanan.
Mikrobia yang tumbuh dari tangan kanan yang menggunakan alkohol lebih banyak daripada tangan kanan yang menggunakan air hangat dan sabun cair. Hal ini menimbulkan kebingungan. Teori mengatakan bahwa Pembersih alkohol lebih efektif dibandingkan sabun dan air dalam membunuh bakteri dan virus penyebab penyakit. Pembersih tangan berbasis alkohol yang komersil mengandung bahan yang mencegah kekeringan kulit. (Medicastore , 2008).
Jumlah mikrobia yang tumbuh dari tangan kanan yang dicuci menggunakan air sirih lebih banyak dari air biasa. Padahal air sirih lebih bgus untuk membunuh kuman penyakit dari air biasa karena air sirih mengandung infusum yang dapat menghambat pertumbuhan E.coli, Staphylococcus koagulase positif, Salmonella typhosa, bahkan Pseudomonas aeruginosa yang kerap kali resisten terhadap antibiotic (Nurswida, 2008).
Mikrobia yang tumbuh dari bahan antiseptik tanpa air tidak ada, hal ini terjadi karena pada bahan ini terdapat zat yang dapat membunuh mikrobia penyebab penyakit.
Cawan Petri yang ditanami mikrobia yang berasal dari tangan kiri tidak tumbuh satu mikrobia pun bahkan terdapat embun atau terjadi penguapan. Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya proses penanaman mikrobia yang salah. Pada saat meletakkan sampel, media tempat tumbuhnya mikrobia tidak boleh lemah atau terlalu panas. Jika medianya lemah, media akan menempel ditangan(sampel) sehingga tidak ada bibit mikrobia yang ditanami. Jika medianya terlalu panas, maka mikrobia tidak bisa tumbuh karena suhu yang tinggi. Selain itu, pada saat memasang wrapping pada cawan Petri, hendaknya media dalam keadaan sudah mengeras dan suhunya dingin. Jika suhu panas, maka akan terjadi penguapan didalam cawan Petri sehingga bakteri tidak bisa tumbuh.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tangan kanan memiliki mikrobia yang ditandai dengan adanya mikrobia yang tumbuh, setelah pewarnaan diketahui bahwa mikrobia adalah salmonella
2. Tangan kiri tidak terbukti adanya mikrobia, karena tidak ada mikrobia yang tumbuh. Secara teori, tangan kiri juga memiliki banyak mikrobia staphylococcus.
3. Higiene pekerja perlu diterapkan karena manusia merupakan sumber terbesar kontaminan
4. Pembersih tangan menggunakan alkohol sangat efektif dari pembersih tangan dari sabun cair.
5. Pembersih tangan menggunakan air lebih baik dari pembersih tangan menggunakan air biasa dan air hangat
B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat diutarakan yaitu :
1. Percobaan dilakukan harus sesuai dengan prosedur percobaan karena dapat menyebabkan terjadinya kesalahan hasil percobaan.
2. Pada saat penanaman mikrobia, harusnya media penanaman dibiarkan beku dan dingin terlebih dahulu. Jika masih basah dan panas maka mikrobia tidak dapat tumbuh.
3. Asisten agak lebih melepas praktikan dalam melaksanakan praktikum supaya praktikan bisa mandiri.
4. Tangan adalah salah satu sumber kontaminan dari anggota tubuh. Untuk itu, hendaklah selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencucinya dengan cairan pencuci atau antiseptik lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar