Laman

Minggu, 26 September 2010

Pengetahuan Bahan "sifat biologi dan Fisiologi"


I.       PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Holtikultura berasal sari kata “hortus” yang berarti kebun, garden dan kata”colare” yang berarti membudidayakan. Adapun secara umum holtikultura adalah mengusahakan tanaman yang dibudidayakan secara intensif yaitu tanaman yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat menjamin masukan tinggi dari modal, tenaga kerja dan teknologi tiap satuan luasnya. Jika ditinjau dari hasilnya, maka holtikultura ini memberikan produk yang berupa buah-buahan, sayuran. Bunga (tanaman hias) dan bibit.
Holtikultura mempunyai sifat mudah rusak (perishable), hal ini erat hubungannya dengan karakteristik kimianya yakni kandungan air yang tinggi, juga karakteristik biolodi yakni bentuk sel yang berbeda dengan komoditi lainnya.
Sel pada tanaman secara kimiawi tersusun dari senyawa selulosa, hemiselulosa, pectin dan lignin. Perubahan komposisi komponen dinding sel tersebut ber[peran pada perubahan “turgor sel”. Dengan demikian hal tersebutlah yang paling erat hubungannya dengan sifat “perisable” dari holtikultura.
Dinding sel primer terdiri dari beberapa komponen yaitu selulosa, hemiselulosa, pectin,  lignin, protein dan lemak. Bagian yang terbesar adalah selulosa dan hemi selulosa. Dalam dinding sel sekunder hamper seluruhnya terdiri dari selulosa dan hemilosa, dan hamper tidak terdapat pectin. Disamping terdapat kedua hal diatas juga terdapat lignin dan skleroid, yang satu terakhir ini lebih dikenal sebagai sel batu. Kedua bentuk komponen ini akan banyak mengalami perubahan  selama proses pematangan, pada buah yang menjadi matang skleroid akan terbentuk lignin.
Demikian pula terjadi pada sayuran, beberapa hari setelah berlangsungnya panen akan terjadi  peningkatan kandungan lignin. Perubahan kandungan komponen ini baik pada buah maupun sayuran akan berakibat pada perubahan tekstur. bagian lain dari sel adalah lamela tengah yang berfungsi sebagai perekat yang menyatukan s3el-sel yang berdekatan, selain pectin yang terdapat pada lignin.
 Untuk peningkatan produksi holtikultura, maka kondisi tempat hidup harus sesuai, karakteristik yang erat keterikatannya dengan antara biologis dan agronomisnya antara kesesuaian tubuh pada tingkat ketinggian dan kelembaban lingkungan.
Daya tahan suatu buah-buahan dan sayuran sangat ditentukan oleh intensitas atau tingkat kecepatan respirasinya. Ada segolongan komuditi yang cukup tahan lama sesudah dipanen, seperti biji-bijian, umbi-umbian dan ada yang tidak tahan lama seperti buah-buahan, bagian tanaman yang lunak seperti bagian kuncupnya.
Kecepatan respirasi merupakan proses metabolisme yang perlu perhatian khusus, kecepatan respirasi ini menyangkut jumlah oksigen  yang dibutuhkan persatuan waktu dan jumlah karbondioksida serta panas yang dihasilkan pada satuan waktu yang sama, dengan demikian kecepatan respirasi dapat dijadikan sebagai indikator untuk perubahan gula menjadi pati, dan lainnya. Laju respirasi  adalah berat karbondioksida yang dihasilkan persatuan berat per satuan waktu, dalam hubungannya dengan dimensi satuan nya.
Jika digolongkan berdasarkan struktur botaniknya, maka kecepatan respirasi dapat dibagi menjadi tiga tingkat kecepatan yakni kecepatan tinggi yang berlangsung pada produk dengan jaringan muda misalnya asparagus, kubis, sawi dan kecambah. Kecepatan  rendah yang terjadi pada komuditi yang berfungsi sebagai cadangan makanan seperti ubi jalar, kentang dan lain-lain. Terakhir dengan kecepatan sedang yang terjadi pada hasil pertanian seperti mentimun dan bayam. (Syarief et al, 1988)

B.     Tujuan
Tujuan praktikum sifat biologi dan fisiologi adalah untuk mengetahui perubahan biologi dan fisilogi buah dan sayuran senescence.
II.          TINJAUAN PUSTAKA
A.     Sawi Pahit
Sawi merupakan sayuran daun. Jenis sayuran ini mempunyai bentuk mirip caisin, bedanya ialah tangkai daun panjang, daun tanaman lebar berwarna hijau tua, tidak berbulu dan rasanya agak getir.
Keterbatasan lahan pertanian di Jakarta membuat budidaya sawi menjadi penting terutama didalam menyiasati lahan-lahan sempit secara efisien. Karena itu tanaman ini merupakan salah satu tanaman sayuran andalan DKI Jakarta dengan luas lahan mencapai 460 Ha.
 Mengingat usahatani sayuran sawi makin meningkat sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap mutu gizi sayuran, mendorong peningkatan produksi. Untu memenuhi kebutuhan konsumsi dan permintaan pasar, diperlukan teknologi produksi yang tepat agar diperoleh kuantitas dan kualitas hasil.
Khasiat sawi luar biasa, mampu menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan berbagai jenis kanker. Manfaat lainnya adalah menghindarkan ibu hamil dari anemia.
Hubungan antara kadar air dengan rata-rata tinggi tanaman sawi pada umur 30 hst,diameter kanopi pada umur 30 hst, jumlah daun pada umur 30 hst, panjang akar pada umur45 hst dan berat kering tanaman pada umur 45 hst disajikan pada Gambar 6. Secara visualdirumah kaca tanaman sawi pada perlakuan kadar air tanah 120 % hanya bertahan hingga umur tanaman memasuki mingggu ketiga, tanaman sawi layu kemudian mati. Tinggitanaman pada perlakuan kadar air tanah 270, 320, dan 370 % masing-masing 35,6, 36,1 dan38,1 % lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman pada perlakuan kadar air tanah 120 %. Sedangkan diameter kanopi, jumlah daun, panjang akar, dan berat kering tanaman, yang terbaik diperoleh pada perlakuan kadar air tanah 320 dan 370 %. Diameter kanopi tanaman pada kedua perlakuan kadar air tanah ini masing-masing 194,0 dan 204,6 % lebih bersar dibandingkan dengan diameter kanopi tanaman pada perlakuan kadar air tanah 120 %. (Supartha at all, 2007)
B.  Bayam
Bayam berasal dari Amerika tropik. Sampai sekarang, tumbuhan ini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2.000 m dpl, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di. dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak panas. Herba setahun, tegak atau agak condong, tinggi 0,4-1 m, dan bercabang. Batang lemah dan berair. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. (Anonim,2005)
Sayuran ini memang terlihat sangat sederhana. Tapi tahukah Anda bahwa bayam memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap dan penting untuk tubuh kita? Selama ini, bayam sebagai salah satu jenis sayuran hijau yang secara luas dikenal kaya akan serat, vitamin, beta karoten, berbagai mineral termasuk zat besi, ternyata juga memiliki kandungan protein yang tinggi pada daun maupun bijinya. Sayuran ini tak cuma sedap dimasak. Bila diolah secara sehat dan dikonsumsi secara teratur, beberapa penyakit dapat dicegah, bahkan diobati.
Bayam juga sangat baik sebagai sumber protein, terutama asam amino. Bayam juga sangat baik sebagai sumber protein, terutama asam amino. Bayam memiliki asam amino yang sangat penting untuk pembentukan otak. Jadi, jika dilihat dari komposisi proteinnya, bayam sangat baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak.
Dari segi lemak, kolesterol dalam bayam nol, artinya bayam aman untuk dikonsumsi sebanyak apapun tanpa ada pengaruh kolesterol. Lemak yang terdapat dalam bayam juga termasuk lemak yang jenisnya baik, yaitu lemak tak jenuh. Vitamin dalam bayam sangat penting, misalnya vitamin A yang bagus untuk mata serta mempertahankan daya tahan tubuh, sehingga orang tak mudah terserang penyakit. Vitamin C dan E untuk antioksidan sehingga bagi yang rajin mengkonsumsi bayam, bisa memiliki kulit yang halus. Selain itu, antioksidan juga mampu mencegah radikal bebas. Kemudian posfor dapat dimanfaatkan untuk pembentukan tulang dan gigi.
Bayam merupakan sayuran daun hijau yang paling digemari masyarakat Indonesia.  Produksi bayam perlu ditingkatkan, salah satunya dengan cara hidroponik.  Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya.  Jenis media tumbuh, volume larutan nutrisi, dan variasi nilai EC (electrical conductivity) merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam hidroponik.  (Waning, 2005)
C.       Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), juga dikenal sebagai Ipomoea reptans Poir1. merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.
Ada dua jenis penanaman diusahakan: kering dan basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak 5 inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. Ia sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun. Daun kangkung dapat dipanen setelah 6 minggu ia ditanam.
Jika penanaman basah digunakan, potongan sepanjang 12-inci ditanam dalam lumpur dan dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah ditenggelami pada tahap 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air ini kemudian dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari.
Hampir keseluruhan tanaman muda dapat dimakan. Karena kangkung tua berserat kasar, pucuk yang muda lebih digemari. Ia dapat dimakan mentah atau dimasak seperti bayam. Kangkung sering juga digoreng sebagai cah. Pelecing kangkung merupakan menu yang terkenal dari daerah Lombok. (Anonim, 2008)
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam:
a) Divisio                      : Spermatophyta
b) Sub-divisio               : Angiospermae
c) Kelas                       : Dicotyledonae
d) Famili                        : Convolvulaceae
e) Genus                        : Ipomoea
f) Species                      : Ipomoea reptans
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit.
Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air:
1. Warna bunga.
Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih.

2. Bentuk daun dan batang.
Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan.

3. Kebiasaan berbiji.
Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang.
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan.
D.    Buah Pir
Buah pir merupakan salah satu jenis buah yang melalui rantai pemasaran yang panjang sebelumsampai ke konsumen. Menurut Syaifullah (1997), bentuk buah pir Bartlett bulat atau pangkal buah kecil dengan ujung lebar tumpul, kulit buah jika sudah matang berwarna dasar hijau muda atau hijau kekuningan, kadang-kadang memperlihatkan rona kemerahan, daging buah nya putih padat dan rasanya manis sedang, seperti rasa buah jambu biji. Untuk mempertahankan mutu tersebut, buah pir harus disimpan pada kondisi dingin 1-4oC
Penanganan yang lebih baik lagi untuk buah -buahan adalah penyimpanan pada suhu dingin yang dikombinasikan dengan melakukan modifikasi atmosfir seperti modified atmosphere packaging (MAP). Penanganan terhadap buah-buahan seperti buah pir yang dipasar-kan di Sulawesi Selatan masih terbatas pada perlakuan suhu.
Penyimpanan suhu ruang pada hari ke-0 menunjukkan buah pir masih berwarna kuning muda segar namun kesegaran warnanya hanya dapat bertahan selama 15 hari. Pada hari ke-18 warna buah pir mengalami per-ubahan di mana ditemukan bercak-ber-cak coklat pada daerah sekitar tangkai buah pir yang lama kelamaan menjadi hitam. Pada suhu fluktuasi sudah mulai timbul bercak-bercak kecoklatan pada hari ke-22 sedangkan pada suhu dingin yang tidak difluk-tuasikan, buah dapat bertahan sampai 40 hari.
Tekstur pada buah pir mengalami penurunan selama masa penyimpanan pada semua perlakuan. Pada hari ke-0 tekstur tekstur buah pir masih keras, dan kalau digit masih renyah. Seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan, secara perlahan buah pir mulai menjadi lunak dan berair. Pelunakan buah pir selama penyim-panan disebabkan oleh penurunan sifat permeabilitas dinding sel yang menyebabkan hilangnya kemampuan menggelembung sel.
Murayama menemukan bahwa penyimpana buah pir pada suhu rendah selama satu bulan menyebabkan terjadinya pelunak-an tekstur sebagai akibat perombakan makromolekul glukosa Akibat lain dari kehilangan permeabilitas ini dari ke-hilangan
permeabilitas ini adalah cairan sel dapat terlepas ke ruangan ekstra seluler dan jaringan pembuluh.
E.            Buah Pisang
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar),  Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, Pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
Klasifikasi botani tanaman Pisang adalah sebagai berikut:
Divisi                : Spermatophyta
Sub divisi          : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Keluarga          : Musaceae
Genus               : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis Pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya Pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typical atau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya Pisang nangka, tanduk dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya Pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya Pisang manila (abaca).
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale Pisang, pure Pisang dan tepung Pisang. Kulit Pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun Pisang dipakai sebagi pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang Pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang Pisang yang telah dipotong kecil dan daun Pisang dapat dijadikan makanan ternak ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput tidak/kurang tersedia. Secara tradisional, air umbi batang Pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar sedangkan air batang Pisang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun. (Anonim, 2005)
Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli
Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.  (Anwar, 2003)

III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM


A.     Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 13 Oktober 2008 pukul 13.00 sampai dengan selesai Di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
B.     Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain 1) pisang 2) mangga 3) Apel 4) Nanas 5) Pir 6) sawo 7) bayam 8) kangkung 9) sawi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain 1) pisau 2) timbangan  3) mistar 4) keranjang

C.     Cara Kerja
Secara umum :
  1. Buah dan sayuran ditimbang
  2. Buah dan sayur diletakkan disuhu ruang selama 1 minggu
  3. Buah dan sayuran diamati perubahan berat, persen rusak, perubahan warna, dan tekstur tangan.

Cara kerja persen perubahan warna :
1.    Luas permukaan buah dihitung (a)
2.    Luas permukaan buah yang mengalami perubahan warna dihitung (b)
3.    Luas perubahan warna dihitung dengan rumus :
Perubahan warna =    b  x 100%
                                               a

Cara kerja persen kerusakan sayur :
1. Sayur ditimbang (a)
2. Setelah beberapa hari, sayur ditimbang lagi, sayur yang sudah rusak dibuang dan ditimbang (b)
3. Persen kerusakan dihitung dihitung dengan rumus :
Perubahan warna =    b  x 100%
                                               a


IV.  PEMBAHASAN


A.       Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel  perubahan berat (dalam gram) 
No
Produk hasil pertanian


Hari
Ke-



0
3
4
5
6
1
Pisang
-
56
50
50
45
2
Bayam
125
120
3,61
-
-
3
Kangkung
67
45
40,8
-
-
4
Sawi pahit
-
140
140
120
83

Tabel 2. Tabel perubahan warna (dalam persen)
No
Produk hasil pertanian


Hari
Ke-



0
3
4
5
6
1
Pisang
-
segar
26,39
46,90
73,30

Tabel 3. Tabel persen kerusakan sayur (dalam persen)
No
Produk hasil pertanian


Hari
Ke-



0
3
4
5
6
1
Bayam
-
33,33
99,24
100
100
2
Kangkung
-
Segar
40,80
100
100
3
Sawi pahit
-
segar
Segar
29
60,24

B.  Pembahasan
Praktikum kedua dari mata kuliah pengantar bahan ini membahas tentang sifat fisik dan biologis dari suatu produk pertanian. Suatu produk pertanian akan mengalami pembusukan setelah dilakukan pemanenan, hal ini terjadi karena produk tersebut tidak mampu lagi untuk melakukan respirasi. Untuk mencegah hal tersebut ada berbagai cara yang harus dilakukan yaitu  pengeringan contohnya padi, penyimpanan pada suhu tertentu misalnya didalam kulkas atatu alat pendingin lainnya misalnya produk buah-buahan dan sayuran.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, Produk sayuran dan buah-buahan tersebut mengalami pembusukan. Hal tersebut disebabkan oleh kadar air pada buah-buahan dan sayuran sangat bervariasi dan dapat mencapai 96 persen. Kandungan air yang relative lebih tinggi dibanding dengan komuditi lain inilah yang menyebabkan buah-buahan dan sayuran tersebut mempunyai sifat mudah rusak, sifat tersebut disebabkan oleh proses metabolis yang tetap berlanjut akibat kandungan air yang tinggi maupun oleh serangan jasad renik karena tingginya nilai Aw . (Syarief et al, 1988)
Berat seluruh bahan pangan baik itu sayuran maupun buah-buahan mengalami penurunan pada percobaan ini, hal ini berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya, semakin lama komuditi tersebut disimpan, maka semakin banyak kandungan air yang terdapat dalam komuditi tersebut. Kesalahan ini disebabkan karena proses penimbangan berat komuditi tersebut, adanya proses lain yang terjadi maupun kesalah prktikan dalam percobaan ini.
Persentase perubahan warna  pada buah-buahan mengalami penambahan seiring dengan lamanya waktu percobaan. Seperti pada buah pisang, pada hari pertama keadaan buahnya masih segar, pada hari kedua sudah mengalami perubahan warna yakni sekitar 26,39 persen dari keseluruhan warna sebelumnya, pada hari ketiga berubah sekitar 46,90 persen dari keseluruhan warnan sebelumnya, dan hari keempat perubahan warnanya meningkat menjadi 73,30 persen dari keseluruhan warna sebelumnya. Pengamatan ini hanya dilakukan selama 4 hari karena pada saat praktikum dilaksanakan bahan yang kami bawa tidak sesuai dengan apa yang diingnkan yaitu sudah hampir membusuk.
Persentase kerusakan pada komuditi sayuran juga mengalami peningkatan yang sangat cepat seperti perubahan kerusakan sawi pahit, pada hari pertama dan kedua masih segar, setelah hari ketig kerusakan yang terjadi sebesar 29 persen dan pada hari keempat persentase kerusakannya mencapai 60,40 persen. Pengamatan sawi pahit hanya sampai hari keempat, hal ini disebabkan karena kesalahan kelompok 1 yang membawa sayuran yang sudah layu pada saat praktikum, jadi tidak bisa untuk di amati.
Persentase kerusakan pada bayam dan kangkung tidak jauh berbeda dengan kerusakan pada sawi pahit. Pada kangkung, proses pembusukannya relative lambat dari bayam tetapi proses pembusukannya relative cepat sehingga pada hari kelima kerusakannya sudah mencapai 100 persen. Pada bayam, proses kerusakannya cepat yaitu 33,33 persen pada hari ketiga dan pada hari kelima kerusakannya mencapai hamper 100 persen.
Kerusakan yang terjadi pada berbagai jenis komuditi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya suhu, kelembaban, bentuk dan ukuran komuditi, maupun kandungan zat yang ada didalam komuditi tersebut.

V.           KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum Sifat Biologi dan Fisilogi  yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kandungan air yang relative lebih tinggi dibanding dengan komuditi lain inilah yang menyebabkan buah-buahan dan sayuran mempunyai sifat mudah rusak.
2.      Daya tahan suatu buah-buahan dan sayuran sangat ditentukan oleh intensitas atau tingkat kecepatan respirasinya.
3.      Kerusakan yang terjadi pada berbagai jenis komuditi tersebut dapat pula disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya suhu, kelembaban, bentuk dan ukuran komuditi, maupun kandungan zat yang ada didalam komuditi tersebut
4.      Bayam dan kangkung mempunyai kecepatan respirasi yang relatif sedang sehingga pembusukannya pun relatif sedang.
5.      Sawi pahit mepunyai kecepatan respirasi yang relatif tinggi sehingga proses pembusukannya relatif tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Muhammad dan Nurita. 1997. Serapan Hara dan Pertumbuhan Mentimun, Lobak, serta Sawi Pada Kadar Air Tanah Gambut yang berbeda. (online) (http://balittra.litbang.deptan.go.id Diakses 13-10-2008).

Anonim, 2005. Tanaman Obat Indonesia. (online) (http://ipteknet.com. Diakses 21-10-2008).

Anonim, 2008. Bayam Membuat Tubuh Sehat dan Cantik. (online) (http://okezone.com. Diakses 21-10-2008).

Anonim, 2005. Pisang. (online) (http://www.warintek.ristek.go.id Diakses 21-10-2008).

Anonim, 2008. Kangkung . (online) (http://www.wikipedia.com. Diakses 23-10-2008)

Anwar, Faisal. 2003. Pisang Membuat Otak Segar. (online) (http://www.depkes.com Diakses 21-10-2008).

Tawali, Abu bakar Dan Zainal. 2004. Mempelajari Perubahan Fisik dan Kimia Buah Pir.(online)(http://www.pascaunhas.net. Diakses 13-10-2008).
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
Supartha dan U, I made. 2007. Pengaruh Suhu Air dan SLama Perendaman Beberapa Jenis Sayuran Daun Pada Proses Crisping. (online) (http://www.google. Diakses 12-10-2008).

1 komentar: